Kamis, 17 Januari 2013

Menerapkan Budaya Disiplin di Indonesia


Menerapkan Budaya Disiplin di Indonesia

Disiplin adalah kunci keberhasilan. Itulah salah satu filosofi hidup yang amat dipegang teguh oleh masyarakart Jepang. Budaya disiplin dalam segala hal terbukti mampu mengantarkan Jepang tumbuh pesat menjadi Negara yang kuat dan modern. Baik itu dalam bidang pertahanan keamanan, teknologi, pangan, ekonomi, hingga bahkan kebudayaan. Di negeri matahari terbit itu disiplin memang telah menginternalized menjadi budaya bangsa sehari-hari.

Bagi bangsa Jepang tidak disiplin adalah aib yang memalukan Kedisiplinan bangsa Jepang membuat negara tersebut selalu sigap dalam menghadapi segala ancaman. Kesigapan itu juga nampak saat Jepang dilanda bencana gempa dan tsunami beberapa waktu yang lampau. Semuanya sudah dipersiapkan secara matang dan dirancang dengan begitu rapi. Bahkan tidak nampak masyarakat Jepang yang melakukan penjarahan saat bencana melanda negeri mereka.

Pelajaran berharga yang bisa kita petik dalam hal ini yaitu kedisiplinan bangsa Jepang. Budaya disiplin terbukti mampu mendorong terciptanya keteraturan hidup dan kokohnya tatanan sosial dalam masyarakat maupun lingkup negara. Maka dari itu sudah saatnya kedisiplinan menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Bukan sekedar slogan-slogan ataupun jargon-jargon yang hanya manis di bibir saja. Namun budaya disiplin tersebut harus kita wujudkan bersama dalam kehidupan sehari-hari.

Bangsa Indonesia nampaknya patut mencontoh strategi Jepang dalam mewujudkan budaya disiplin di negaranya. Jepang telah menanamkan budaya disiplin ke dalam mainstream masyarakatnya sejak dini. Dimana sejak anak usia dini telah dididik hidup disiplin di dalam keluarganya. Yang kemudian proses tersebut berlanjut di bangku sekolah. Sejak usia dini anak-anak Jepang telah dibiasakan untuk mampu memanajement segala aktivitasnya secara mandiri. Mereka akan mendapat sanksi sosial berupa cemooh ketika tidak mampu berdisiplin.

Bagaimana kita bisa mengejar ketinggalan dari bangsa lain bila pola pikir masyarakat kita yang ada tetap saja seperti ini, kapan kita bisa mulai belajar untuk menjadi bangsa yang maju, meninggalkan kebodohan, bukan hanya kebodohan ilmu tapi juga ketertinggalan akal dan budi pekerti beretika. Tanpa bermaksud menjelek-jelekan bangsa sendiri, mari kita mencoba berkaca dan melihat diri kita masing masing dengan 2 hal berikut ini. Siapapun pernah belajar sejarah betapa bangsa Jepang telah bangkit dari keterpurukan pasca di bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di akhir perang dunia ke-2 dan kini menjadi 3 besar penguasa perekonomian dunia selain Amerika dan Cina. Yang pertama disiplin antri (lihat perbedaan mencolok) betapa bangsa Jepang sangat menghargai kepentingan orang lain dan tidak egois, main serobot yang penting urusan kita beres persetan denga orang lain. Lihat perbandingan dibawah ini.

Inilah pemandangan antrian belum lama ini di Jepang saat korban Tsunami menerima bantuan pangan di sebuah lapangan. Sementara itu, inilah kondisi bangsa kita dalam budaya antri, berebut berdesak-desakan bahkan tak jarang jatuh korban jiwa, tidak ada yang rela mengalah.
  
Yang kedua, adalah kepedulian pemerintah terhadap infrastruktur sangat jauh berbeda, kita lihat fakta di gambar dibawah berikut ini:

Ini kondisi nyata di Jepang betapa pihak pemerintah disana begitu cepat dan sigap memperbaiki infrastruktur yang rusak demi roda perekonomian kembali berputar

Menumbuhkan budaya disiplin memang tidak semudah membalikkan telapak tangan kita. Semua itu tentu butuh proses dan strategi khusus. Awalnya mungkin akan terasa berat bagi sebagian masyarakat. Sehingga perlu terus ditumbuhkan kesadaran dan komitmen bersama seluruh komponen bangsa ini. Masyarakat harus menyadari bahwa melalui budaya disiplin bangsa ini bisa menjadi bangsa yang tangguh dan mandiri. Melalui budaya disiplin akan menghantarkan Indonesia tumbuh pesat menjadi negara maju yang berkarakter.

namun untuk saat ini di indonesia belum sama sekali menerapkan budaya disiplin,

kapan indonesia mulai menerapkan disiplin?

kita mulai dari diri kita dulu pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar