Jumat, 13 Maret 2015

PERJUANGAN DAN DO'A UNTUK AYAH



NAMA            : ANDINI PRATIWI
KELAS           : 3EA04
NPM               : 10212801

Perjuangan Dan Do’a Untuk Ayah

Pada saat itu aku dan ibuku tidak mengerti ayah merasakan sakit apa. Yang ayah rasakan pada saat itu hanya sakit maag biasa saja. Ayah lalu memeriksakan diri untuk berobat di salah satu klinik di dekat rumah. Sepulang dari dokter ibuku bertanya kepada ayah “Kata dokter apa pah?” dan ayah ku menjawab “Sakit maag biasa.”

Awalnya rasa sakit maag yang ayah rasakan pada saat itu masih biasa aja. Setiap malam ayah muntah dan muntah. Saat pagi harinya ibuku menyarankan ayah untuk berobat di rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit ayah langsung di periksa oleh dokter. Hari semakin sore di rumah sakit ayah dan ibuku menunggu untuk mengambil hasil lab dari pemeriksaan dokter yang menanganin ayah tadi.

Akhirnya hasil lab tersebut menyatakan bahwa ayah ku terkena sakit types. Lalu ayah di rawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Aku dan ibuku bergantian untuk menjaga ayah di rumah sakit. Hari demi hari teman-teman ayah pun datang untuk menjenguknya dan ada yang merasa kaget ayah yang mereka kenal sangat kuat ternyata bisa sakit juga. Disitu lah ayah selalu bergurau oleh temen-temen kerjannya.

Setelah 2 minggu ayahku di rawat di rumah sakit, dokter yang menanganin ayah ku jarang sekali datang untuk memeriksa ayah. Ayah, aku dan ibuku sangat kesal sekali karena pelayanan dokternya untuk pasien kurang memuaskan. Lalu ayah ku meminta pulang ke rumah karena bosan di rumah sakit dan sore harinya pun dokter yang ayah tunggu datang juga untuk memeriksa ayah. Setelah diperiksa oleh dokter aku di suruh ibuku untuk mengambil hasil lab ayah ku kepada suster untuk mengetahui apa kondisi ayah sudah bisa di bawa pulang ke rumah atau belum.

Setelah aku mengambil hasil lab ayah, aku lalu masuk ke ruangan dimana ayah di rawat untuk memberitahu kepada ibu dan ayah. Saat itu ayah ku sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah dan berobat jalan. Saat ibuku mengurus surat dan administrasi aku dan ayahku sempat bergurau. Sesampainya kami di rumah ayah yang masih terlihat lemas lalu beristirahat di kamar. Pada siang hari aku meminta ijin untuk berangkat kuliah kepada ayah dan ibuku. Setelah aku berangkat kuliah ternyata kondisi ayahku sangat lemah sekali dimana beliau merasakan perutnya sakit dan akhirnya ayahku muntah dan muntah lagi. Pada saat sore hari aku ingin pulang ke rumah tepat waktu tapi pada akhirnya aku tidak bisa tepat waktu di karenakan cuaca saat itu lagi hujan dan aku terjebak hujan. Waktu menandakan sudah malam dan aku masih dijalan pulang, aku terus di telephone oleh ibuku untuk cepat sampai rumah dikarenakan ayahku meminta untuk menginap di rumah sodaraku di Jakarta. Sesampainya dirumah aku melihat ayah yang sudah terbaring lemah di kasur saja. Lalu aku merapikan pakaian apa saja yang untuk dibawa dan kami pun bergegas untuk menaiki mobil yang sudah dinyalakan oleh kakak sepupuku.

Keesokan paginya badan ayah mulai panas sekujur tubuhnya. Aku dan ibuku sangat panik, lalu ibuku membawa ayah ke tempat berobat alternative terlebih dahulu. Sesudah ibu dan ayahku pulang dari berobat alternative aku melihat wajah ayah yang pucat, dan aku segera menyuruh ayah untuk meminum obatnya. Malam harinya badan ayah makin panas dan wajahnya sudah pucat lalu aku dan ibuku bergegas untuk membawa ayah ke rumah sakit yang berada di pasar minggu tidak jauh dari rumah. Sesampainya kami di sana ibuku mulai mendaftarkan ayah sebagai pasien rumah sakit tersebut. Disitu kami pun menunggu untuk dipanggil sebelum ayahku diperiksa oleh dokter ayahku ingin sekali makan bebek, lalu kami bertiga keluar sebentar untuk melihat, ternyata ada makanan bebek. Setelah makan kami pun balik ke rumah sakit untuk menunggu ayahku di panggil oleh dokter untuk di periksa.

Tidak lama kemudian ayahku di panggil untuk giliran di periksa. Yang masuk ke ruangan hanya ibu dan ayahku saja, aku hanya menunggu di luar ruangan. Kata ibuku setelah ayah di periksa, dokter pun menjelaskan sebenarnya ayah sakit apa. Ternyata ayahku punya penyakit liver yang sudah menjalar ke usus, ibuku pun terkejut dan sempat jatuh pingsan. Ternyata kata dokter ayah sebenarnya sudah punya penyakit itu lama, dan lamanya itu kurang lebih 5 tahun. Tapi ayahku tidak merasakan sakit. Akhirnya dokter merujuk ayah untuk segera ditanganin di rumah sakit Jakarta yang bagus dan alatnya sudah canggih.

Penanganan rumah sakit di Jakarta mulai dari awal pemeriksaan. Dari hasil lab yang ayah dan ibuku dapat bahwa ayahku di suruh untuk rawat inap. Keesokan harinya ayahku mulai cek darah, dan sore harinya dari hasil cek darah ternyata liver yang di dalam tubuh ayahku sudah menyebar ke usus. Berjalan seminggu kemudian ayahku tindakan stscan untuk mengetahui lebih detail bahwa penyakit ayahku sudah menjalar keseluruh tubuh akan tetapi ayahku dengan hasil tersebut sudah pasrah lillahitallah.

Keesokan harinya kondisi ayahku sangat lemah dikarenakan ayahku tidak ada asupan yang masuk kedalam tubuhnya, maka dokter memberi tindakan asupan makanan lewat inpusan. Tetapi itu tidak ada perubahan. Beberapa hari kemudian dokter menyarankan untuk ayahku pulang ke rumah dikarenakan tidak ada tindakan lebih lanjut lagi.

Sesampainya dirumah ayahku cuman bisa tidur dikamar saja, dan dibantu alat pernapasan seperti oksigen. Asupan makanan untuk ayahku sudah serba jus, mulai dari buah, sayuran dan bubur. Semakin lama kondisi ayahku semakin parah yang tadinya badan ayahku gagah menjadi kurus, saya pun melihatnya merasa kasihan.

Keesokan harinya ayahku mulai hawanya mau tidur saja, untuk makan dan minum pun ayahku sudah tidak mau. Siang harinya aku dan ibuku juga sudah kerasa tidak enak badan yang seharusnya aku ada jam kuliah tetapi hawanya malas untuk berangkat ke kampus dan akhirnya aku pun tidak mengikuti matkul pertama. Tidak lama kemudian aku mengikutin matkul kedua, dan akhirnya aku berpamitan kepada ayah dan ibuku untuk berangkat ke kampus. Ibuku tidak lepas dari telinga ayahku untuk dibisikan ayat-ayat suci Al-qur’an, dan ayahku mengikuti setiap ayat yang ibuku berikan walaupun itu membacanya terbata-bata.

Sekitar pukul 16.20 ayahku menghembuskan nafas terakhirnya, semua keluarga menangis histeris atas kepergian ayahku. Saat ayahku menghembuskan nafas terakhirnya aku tidak ada di sampingnya, dikarenakan aku sedang kuliah. Dan aku pun di telephone oleh kakak sepupuku untuk segera pulang ke rumah. Sesampainya aku di rumah sudah banyak orang yang melayat, dan aku pun menangis histeris saat melihat ayahku sudah tidak ada.

Didalam tulisan non ilmiah ini menggunakan penalaran induktif