Fenomena Tawuran Antar Pelajar yang kian marak akhir-akhir ini sudah bukan sekedar tawuran remaja biasa. Perkelahian beramai-ramai tersebut bukan dengan tangan kosong atau mengandalkan kekuatan, melainkan sudah menggunakan barang-barang atau senjata berbahaya lainnya dan mengarah ke tindakan kriminal karena menelan korban jiwa.
Perkelahian antar pelajar bukan
persoalan “darah muda” lagi.
Sejak masa dulu tetap ada perkelahian, namun sekarang terjadi perubahan besar
agresivitas atau keinginan kuat pada remaja itu dipengaruhi kelompok yang biasa
menjadi pelaku tawuran. Mereka menjadi berani dan agresif setelah berkelompok
di tambah lagi dengan membawa barang-barang atau senjata berbahaya.
Mereka yang terlibat tawuran sudah
tidak memikirkan apa-apa lagi selain apa yang harus dikerjakan saat perkelahian
itu, yaitu mengandalkan ego per individu untuk “menghabisi” lawannya. Bisa jadi
persoalan timbul dikarenakan kurangnya ruang publik dan kreasi untuk remaja.
Pengamat pendidikan Utomo Danan Jaya
mengungkapkan, kembali maraknya tawuran antar pelajar dipengaruhi oleh
kondisi sosial masyarakat yang terus menggerus karakter para pelajar.
Generasi muda disuguhkan informasi yang lebih banyak mempertontonkan tokoh
masyarakat yang berperilaku buruk, jauh dari ekspektasi yang seharusnya menjadi
teladan. Seharusnya tokoh masyarakat memberi contoh bagaimana cara sopan
santun, menghargai sesama, jujur, dan arif. Tetapi yang dipertunjukkan justru
sebaliknya.
Kita semua prihatin, sebagai orang
tua, guru maupun masyarakat luas. Kejadian tawuran antar pelajar di
Jakarta bukan lagi permasalahan kota, melainkan sudah menjadi isu
nasional. Kesemuanya memerlukan pengawasan dan langkah nyata peran dunia
pendidikan dan orangtua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar