Kebudayaan Tradisional Indonesia
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan
lokal yang telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945.
seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku di
Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
Ada beraneka ragam kebudayaan Indonesia, namun disini, kami
hanya akan membahas tentang tari-tarian dari Indonesia.
TARIAN
Berbagi macam tarian yang ada di Indonesia berasal dari
daerah dan suku yang berbeda-beda, misalnya dari Jawa (Kuda lumping), Bali
(kecak), Aceh (saman), Sunda(jaipong),
dan banyak lagi yang lainnya.
1. Jawa (Kuda lumping)
kuda lumping
Ada satu permainan…
Permainan, unik sekali…
Orang naik kuda, tapi kuda bohong….
Namanya kuda lumping…..
Itu kuda lumping, kuda lumping, kuda lumping
lompat-lompatan….
Sebait potongan lagu dangdut milik Rhoma Irama di atas terinspirasi
dari permainan kesenian rakyat, tari kuda lumping, yang hingga kini masih
tumbuh berkembang di banyak kelompok masyarakat di nusantara. Tarian
tradisional yang dimainkan secara ”tidak berpola” oleh rakyat kebanyakan
tersebut telah lahir dan digemari masyarakat, khususnya di Jawa, sejak adanya
kerajaan-kerajaan kuno tempo doeloe. Awalnya, menurut sejarah, seni kuda
lumping lahir sebagai simbolisasi bahwa rakyat juga memiliki kemampuan
(kedigdayaan) dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan elite kerajaan
yang memiliki bala tentara.
Kuda Lumping adalah kesenian tari yang menggunakan kuda
bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik gamelan
seperti: gong, kenong, kendang, dan slompret mampu membuat para penonton
terkesima oleh setiap atraksi-atraksi penunggang (penari) Kuda Lumping.
Hebatnya, penari Kuda Lumping tradisional yang asli umumnya diperankan oleh anak
putri yang berpakaian lelaki bak prajurit kerajaan. Saat ini, pemain kuda
lumping lebih banyak dilakoni oleh anak lelaki. Bunyi sebuah pecutan (cambuk)
besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian ini, menjadi awal permainan
dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si pemain.
Dengan menaiki kuda dari anyaman bambu tersebut, penunggang kuda yang
pergelangan kakinya diberi kerincingan ini pun mulai berjingkrak-jingkrak,
melompat-lompat hingga berguling-guling di tanah. Selain melompat-lompat,
penari Kuda Lumping pun melakukan atraksi lainnya, seperti memakan beling dan
mengupas sabut kelapa dengan giginya. Beling (kaca) yang dimakan adalah bohlam
lampu yang biasa sebagai penerang rumah. Lahapnya ia memakan beling seperti
layaknya orang kelaparan, tidak meringis kesakitan dan tidak ada darah pada
saat ia menyantap beling-beling tersebut.
2. Bali (Kecak)
kecak
Kecak (pelafalan: /’ke.tʃak/, secara kasar “KEH-chahk”,
pengejaan alternatif: Ketjak, Ketjack, dan Ketiak), adalah pertunjukan seni
khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh
laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari
laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan
“cak” dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan
kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual
sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak
sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian
menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain
kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari
itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti
Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.
Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain
itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada
kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.
3. Aceh (Saman)
saman
Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa
ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam
tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian
ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan
(Dakwah). Tarian ini mencerminkan Pendidikan, Keagamaan, sopan santun,
kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau
pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili
masyarakat setempat (keketar) atau nasehat-nasehat yang berguna kepada para
pemain dan penonton.
Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan kontinu,
pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian
adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara
group tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian ditititk beratkan pada
kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang
disajikan oleh pihak lawan.
4. Sunda (Jaipong)
jaipong
Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari
kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada
kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui
dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada
Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan
beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki
inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama
Jaipongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar